Home » » Peluang Usaha Ternak Itik

Peluang Usaha Ternak Itik

Pembangunan sektor peternakan bertujuan antara lain untuk meningkatkan
pendapatanpeternak melalui peningkatan populasi hasil ternak, guna mencukupi
kebutuhan akan pangan yang bergizi terutama protein hewani dan dalam usaha
penghematan devisa negara, penyediaan lapangan pekerjaan dan usaha dalam
rangka pengentasan kemiskinan dengan memperhatikan azas kelestarian.
Berbagai usaha komoditi ternak besar maupun ternak kecil tengah digalakkan
oleh pemerintah guna memenuhi swasembada daging. Hal ini sangat
memungkinkan karena Indonesia memiliki potensi perternakan yang cukup besar.
Sumber daya alam akan ketersediaan pakan ternak berbahan baku hasil pertanian
seperti jagung dan bekatul padi sangat mencukupi bahkan melimpah untuk usaha
peternakan, baik yang diusahakan secara tradisional maupun modern.

Konsumsi daging di Indonesia umumnya berasal dari daging sapi. Pada saat
ini peningkatan permintaan daging belum dapat diimbangi oleh laju peningkatan
produksi, sehingga masih diperlukan impor daging. Impor daging ini terutama
diperlukan untuk memenuhi permintaan konsumen, hotel atau restoran yang
membutuhkan daging bermutu baik. Oleh karena itu perlu dicari penghasil daging
selain ternak besar sebagai alternatif untuk mempercepat upaya
peningkatan produksi daging, baik untuk mengurangi impor daging maupun
sebagai konsumsi masyarakat untuk peningkatan gizi masyarakat.
Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah dengan jalan diversifikasi
produk yaitu pemanfaatan produk-produk unggas, baik unggas yang sudah populer
(ayam ras dan buras) maupun unggas lainnya (bebek dan entok). Ternak bebek
sebagai salah satu sumber protein hewani memang patut dipertimbangkan.

Mutu karkas daging bebek belum mempunyai SNI (Standar Nasional
Indonesia), berbeda dengan ayam ras pedaging yang telah memiliki SNI 3924:2009.
Karkas yang baik dipengaruhi oleh : bibit, jenis kelamin, umur, kualitas pakan,
bagian-bagian tubuh (sayap, dada, paha atas, paha bawah dan punggung).
Daging bebek sebagian mengandung serat merah dan sebagian kecil mengandung
serabut putih. Pada bagian dada bebek, serabut merah sebanyak 84 % dan serabut
putih sebanyak 16 %, perbedaan ini akan mempengaruhi komposisi daging, sifat
biokimia dan karakteristik sensori. Daging yang sebagian besar terdiri atas serabut
merah mempunyai kadar protein yang lebih rendah dan kadar lemak yang tinggi
dibandingkan dengan daging yang sebagian besar terdiri dari serabut putih. Kadar
protein daging bebek berkisar antara 18.6 – 19.6 % dan lemak berkisar antara
2.7 – 6.8 %. Daging bebek termasuk sumber protein yang sangat baik, per 100 gram daging bebek bagian dada tanpa kulit mengandung protein sebanyak 28 gr. Komposisi lemak dengan kulit (%) dan tanpa kulit (%) berdasarkan bagian-bagian tubuh dari bebek adalah sebagai berikut daging dada dengan kulit 10.9, daging paha dengan kulit 20.6, daging dada tanpa kulit 1.4 dan daging paha tanpa kulit.

Makanan berbahan dasar daging bebek saat ini sedang digemari terutama
di kota-kota besar di Indonesia. Untuk daerah Jakarta saja sangat banyak tempat
makan/restoran yang menawarkan menu makanan berbahan dasar daging bebek.
Masalah yang dihadapi oleh para pengelola tempat restoran adalah ketersediaan
daging bebek yang terbatas, karena selama ini masih banyak yang mengandalkan
pasokan dari bebek petelur afkir atau bebek jantan yang jumlahnya relatif tidak stabil. Sehingga seringkali pasokan bahan baku terganggu atau bisa mendapatkan bahan baku daging bebek akan tetapi jumlahnya tidak sesuai dengan permintaan.

Kebutuhan konsumsi daging dalam negeri terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun, sementara produksi nasional belum dapat memenuhi akan permintaan pasar. Begitu juga dengan produksi telur itik yang setiap tahun permintaannya selalu meningkat, namun produksi nasional belum dapat memenuhi permintaan pasar nasional. Berdasarkan hal tersebut diperkirakan konsumsi masyarakat terhadap bebek pedaging akan terus meningkat, sehingga bebek pedaging akan menjadi komoditas andalan usaha bagi masyarakat dimasa mendatang.

Konsumsi protein hewani yang dicapai oleh masyarakat Indonesia belum
mencapai angka standar kecukupan protein yang ditetapkan, baru mencapai sekitar
4,48% sementara standar rata-rata konsumsi pangan hewani untuk Negara Asia sekitar 20%. Diperkirakan bahwa untuk tahun 2016, suplai kebutuhan protein
hewani berasal dari unggas sebesar 70%, terdiri dari ayam ras, ayam buras, bebek
dan bangsa unggas lainnya. Salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk
menaikkan konsumsi protein hewani yang berasal dari unggas adalah bebek.


Dengan melihat data di atas tentunya ini adalah sebuah peluang usaha yang sangat memiliki prospek di masa depan. Usaha peternakan ini dapat di jadikan sebuah bisnis skala menengah dan besar, bukan saja sebagai usaha skala kecil. Dengan kebutuhan akan daging dan telur yang sangat besar, guna pemenuhan permintaan pasar yang tinggi tidak salah jika prospek bisnis ini memiliki potensi keberhasilan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Bukan hanya sebatas menghasilkan telur dan daging namun dari peternakan ini dapat juga diversifikasi usaha yang menunjang sektor bisnis ini sendiri seperti, pengolahan pakan ternak maupun mengolah hasil produksinya menjadi bentuk lain yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Seperti telurnya yang dapat di buat menjadi telur asin dan telur bakar, dagingnya yang dapat di olah yang pada akhirnya kita membuat bisnis baru di bidang kuliner seperti daging bebek bakar, bebek crispy atau pun menjadikan daging bebek sebagai bahan pokok dalam membuat bakso sebagai pengganti daging sapi. (Sumber: berbagai sumber)

0 komentar:

Post a Comment

Auto Backlink : OoneSeem