Ilustrasi by: google.com |
Keseriusan pemerintah
untuk memangkas biaya logistik yang tinggi semakin
terlihat, selain dengan pembangunan infrastruktur yang terus di genjot dan
perbaikan sarana dan prasanannya. Kini pemerintah telah merampungkan satu PR
untuk logistik dengan di resmikannya Pusat Logistik Berikat (PLB) di kawasan industri Cipta Krida Bahari, Cakung, Jakarta Utara,
Kamis (10/3). Keberadaan kawasan berikat ini merupakan
wujud implementasi dari paket kebijakan jilid II. Yakni, berupa penerbitan PP
Nomor 85 Tahun 2015 tentang Perubahan PP Nomor 32 Tahun 2009 tentang Tempat
Penimbunan Berikat dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 272/2015 tentang Pusat
Logistik Berikat. Dengan adanya PLB diharapkan biaya logistik nasional akan turun, dwelling time di pelabuhan semakin cepat
serta dapat menarik investasi untuk pertumbuhan ekonomi nasional.
Saat
ini, rata-rata biaya logistik nasional mencapai 17% dari biaya produksi atau
sekitar 27% dari PDB. Angka itu tergolong paling boros dibanding biaya logistik
di Malaysia yang hanya 8%, Singapura (6%), dan Filipina (7%) dari total biaya
produksi. Sistem logistik yang buruk membuat indeks kinerja logistik (logistic
performance index) Indonesia sekarang berada di peringkat 59 dari 155 negara
yang disurvei oleh Bank Dunia. Seiring dengan itu, peringkat daya saing
infrastruktur Indonesia tahun 2013 hanya berada di urutan ke 61 dari 144 negara
versi World Economic Forum. Dengan adanya PLB ini diharapkan biaya logistik
dapat dipangkas dan imbasnya tentu saja barang produksi Indonesia dapat lebih
bersaing di era kompetisi yang super ketat ini.
Selain itu
pemerintah harus serius menyelesaikan persoalan dwelling
time atau jangka waktu bongkar muat yang selama ini masih
membebani dunia usaha. Jika persoalan dwelling time tidak
terselesaikan akan berdampak pada tingginya biaya logistik sehingga dapat
melemahkan daya saing pengusaha lokal dengan pengusaha negara lain. dikutip
langsung dari portal kontan.co.id, Presiden Jokowi mengatakan, pada Januari
lalu proses dwelling time mencapai 4,7
hari. Masa bongkar muat ini masih kalah jauh ketimbang negara Asean lain
seperti Singapura yang hanya satu hari dan Malaysia yang dua hari. "Saya
ingin mendekati angka yang saya targetkan, bulan ini atau bulan depan Insya
Allah sudah tiga hari. Sehingga efesiensi makin kelihatan," kata Presiden
Jokowi ketika meresmikan pusat logistik berikat (PLB) PT Cipta Krida Bahari di
Jakarta, Kamis (10/3).
Presiden juga
mengancam akan menindak pejabat atau menteri terkait apabila kebijakan dwelling time ini tidak memenuhi target. "Jangan
sampai ada korban lagi (karena) masalah dwelling time, saya
tidak main-main dengan masalah ini," kata dia. Ia bercerita, pada tahun
lalu dirinya memutuskan mencopot seorang menteri lantaran dinilai gagal
memenuhi target untuk meningkatkan pelayanan dwelling time (Liputan6.com, 10/3).
Untuk menunjang ke arah perbaikan dan terpangkasnya biaya logistik,
selain persoalan dwelling time yang secara marathon dibenahi. PLB kini bagaikan
sebuah mall dimana terdapat ragam gudang untuk pelbagai jenis produk.
Pemerintah dalam hal ini menggandeng beberapa perusahaan untuk turut andil
dalam pengelolaan, terdapat 11 perusahaan yang telah memperoleh sertifikat sebagai
penyelenggara PLB.
Berikut adalah daftar perusahaan-perusahaan yang menggelar PLB yakni,
1. PT Cipta Krida Bahari di Kawasan Industri Cakung, Jakarta. Anak usaha PT
ABM Investama Tbk ini menyediakan PLB seluas 10 hektare (ha) untuk industri
minyak dan gas bumi (migas) dan industri pertambangan.
2. PT Petrosea Tbk di Balikpapan. Areal PLB milik perusahaan ini mencapai
seluas 4 ha dan pendukung logistik berikat untuk industri minyak dan gas bumi
(migas) dan industri pertambangan.
3. PT pelabuhan penajam Buana Taka di Balikpapan. Perusahaan ini
menyediakan PLB seluas 6 ha untuk industri minyak dan gas bumi (migas) dan
industri pertambangan.
4. PT Kamadjaja Logistics di Cibitung Bekasi, Jawa Barat. Perusahaan ini
membangun PLB dengan areal lahan seluas 1 ha untuk mendukung industri makanan
dan minuman.
5. PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia di Karawang, Jawa Barat.
Perusahaan ini menyediakan PLB seluas lebih dari 1 ha untuk mendukung industri
otomotif.
6. PT Agility International di Halim dan Pondok Ungu. Perusahaan membangun
PLB seluas 1 ha untuk menimbun barang-barang untuk keperluan industri makanan
dan minuman, dan kosmetik.
7. PT Gerbang Teknologi Cikarang (Cikarang Dry Port) di Kawasan Industri
Jababeka. Perusahaan ini menyiapkan fasilitas untuk menimbun kebutuhan untuk
industri tekstil (kapas) dengan luas areal 1 ha.
8. PT Dunia Express Transindo (Dunex) di Jakarta Utara dan Karawang dengan
luas areal PLB mencapai lebih dari 1 ha. Perusahaan ini memiliki fasilitas
untuk mendukung penimbunan barang industri tekstil (kapas).
9. PT Krishna Cargo di Benoa dan Denpasar. Perusahaan ini membangun PLB
mendukung untuk penimbunan barang industri kecil dan menengah.
10. PT Vopak Terminal Merak. Perusahaan ini akan membangun PLB seluas 6 ha
untuk mendukung penimbunan barang industri tekstil sintetis (bahan kimia).
11. PT Dahana (Persero) di Subang,
Jawa Barat. , perusahaan pelat merah ini akan membangun PLB untuk penimbunan
bahan peledak di industri migas dan pertambangan.
Mudah-mudahan dengan adanya terobosan ini bisa mengurangi biaya logistik
serta dapat menggerakkan ekonomi secara umum. (Sumber: Berbagai Sumber)
0 komentar:
Post a Comment