Limbah Pabrik Sandal Yang Membawa Berkah

Ilustrasi by: google.com

Tumpukan potongan limbah pabrik sandal menumpuk dai salah satu tempat pembuangan di pabrik. Limbah yang satu ini memang tidak mudah untuk di urai, walhasil akan berdampak buruk bagi lingkungan hidup. Potongan-potongan yang beraneka warna dan ukuran itu dibiarkan begitu saja, tetapi memlalui tangan terampil yang memiliki ide “cerdas” limbah itu menjadi sebuah karya yang bernilai ekonomis tinggi.

Di tangan pasangan suami  istri, Nurul Soraya dan Jovy Suyuti suaminya,mereka berdua berasal dari surabaya. Limbah itu di sulap menjadi sebuah produk yang bernilai ekonomis. Guntingan demi guntingan  lembaran kulit dari pabrik sandal-sepatu kualitas ekspor yang terbuang di olah oleh mereka dengan penuh kreatifitas. Melalui tangan-tangan terampil mereka, lembaran kulit yang terbuang dan tercampakan menjadi sebuah produk yang cantik dan indah serta memiliki nilai ekonomi.

Berawal dari kesdihan sepasang suami yang melihat begitu banyaknya limbah yang terbuang percuma, dan dengan kesadaran akan lingkungan hidup, terbesitlah “ide” untuk bereksperimen dengan limbah pabrik sandal itu. Bermodalkan uang Rp, 100.000,- mulailah mereka melangkahkan dan mewujudkan ide mereka. Limbah kulit mereka beli seharga Rp 10.000-15.000 per-kilogram-nya. Dari bahan tersbut dapat dihasilkan 10 – 15 pasang sandal dewasa dengan harga jual Rp. 30.000 – Rp. 40.000 untuk tingkat eceran dan Rp 25.000-30.000 per pasang untuk tingkat grosir.   

Warnanya bervariasi, mulai coklat, pink, merah, putih, hitam. Tergantung warna limbah yang diperoleh. Kebanyakan warna coklat. Untuk bagian sol-nya atau alas, mereka membeli di toko grosir penyedia bahan sandal dan sepatu setiap minggunya sebanyak 10 kodi sesuai kebutuhan produksi. Kini ratusan sandal yang mereka hasilkan banyak terjual di beberapa mal dengan beragam merek

Pasangan ini tak menyangka jika produk sandal limbah kulitnya banyak diminati. Sebelum menekuni usaha ini mereka memiliki usaha jual beli mobil bekas. Tetapi mereka mengalami kebangkrutan dikarenakan tertipu. Setelah bangkrut dari usaha jual beli mobil bekas, mereka mencoba peruntungan dengan berjualan pulsa dan warung kopi. Jika mengambil kata-kata seorang Thomas Alfa Eddison “Aku sudah menemukan puluhan bahkan ratusan jalan yang benar, tetapi aku belum mendapatkan jalan yang sebenarnya” berapa kali Ia mengalami kegagalan? Seperti itulah yang terjadi pada Nurul dan Jovy, pantang menyerah setelah jatuh tersungkur dan kembali bangkit dengan sejuta “gelora” menerjang keadaan bukan meratapi keadaan. Seperti itulah seharusnya yang dimiliki oleh seorang “pengusaha” memiliki mentalitas dan daya juang yang melebihi orang lain.