ilustrasi by google.com |
Masih ingat dalam benak kita bagaimana negeri tirai bambu membuat satu
gebrakan ekonomi yang membuat perekonomian dunia sedikit terguncang dan nilai
mata uang negara-negara maju ikut melemah, dimana negeri tirai bambu membuat
keputusan yang kurang popular yaitu memotng nilai mata uang Yuan sebuah
strategi untuk menyelamatkan perekonomian negeri China itu sendiri. Pertumbuhan
ekonomi China sendiri akhir-akhir ini mengalami banyak penurunan. Sementara China
adalah pangsa pasar terbesar bagi komoditas penting dunia, seperti bahan
tambang logam, minyak dan juga gas.
China merupakan salah satu negara tujuan ekspor penting selain
negara-negara berkembang. Dengan lambannya pertumbuhan ekonomi China membawa
pengaruh yang besar bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara yang bersentuhan
dengannya.
Seperti di lansir dari bloomberg.com, setelah pasar dunia bergolak oleh
terjunnya saham di China dan pergerakan mata uang yang tak terduga, pembuat
kebijakan pejabat keuangan global di Shanghai mengatakan, bahwa para pejabat
menyatakan tidak berniat untuk mendevaluasi yuan. Kekhawatiran itu sangatlah
wajar jika dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi yang masih melamban di tambah
pergerakan nilai mata uang yang tidak stabil, walaupun harga minyak mentah
dunia berangsur-angsur mulai membaik tetapi sektor industri masih belum juga menunjukan
pertumbuhan yang signifikan.
Pasar kini menantikan hasil dari Kongres Rakyat Nasional yang dijadwalkan
pada tanggal 5 Maret di Beijing. Perdana Menteri Li akan menguraikan draft
laporan, rencana dari kebijakan ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Selain itu
gubernur, walikota kota dan ketua partai akan bergabung dengan guru, petani dan
pekerja pabrik untuk membahas rencana, dan berusaha untuk mendorong kebijakan
yang lebih baik. Sekitar pertengahan Maret, legislatif akan memberikan suara
pada laporan kerja, yang kemudian diadopsi untuk tahun ini. NPC tahun ini juga
akan membahas 13 rencana lima tahun ke depan, yang akan menyentuh pada sektor
yang lebih luas.
Pergeseran sentimen dari China terlihat di pasar global bahkan menjelang
pertemuan negara G-20, dimana pada kamis 8/02/2016 indeks saham China di CSI
300 jatuh sebanyak 6 persen yang memicu penurunan di tempat lain. Ketahanan
harga logam industri dalam beberapa pekan terakhir adalah lain "mendorong
tanda bahwa kepanikan seluruh Cina mungkin telah mencapai puncaknya,"
Julian Jessop, kepala ekonom internasional di Capital Economics di London, menulis
dalam sebuah catatan Jumat, untuk media bloomberg.com.
Kebijakan fiskal kemungkinan akan tercermin dalam peningkatan investasi
dan belanja sosial, pemotongan pajak dan reformasi, dan meningkatkan
pengeluaran quasi-fiskal untuk infrastruktur, industri strategis, dan
kesejahteraan sosial, UBS Group AG ekonom yang dipimpin oleh Wang Tao menulis
dalam sebuah catatan baru-baru ini. proyek-proyek infrastruktur seperti kereta
api, kereta bawah tanah, jaringan pipa, proyek air, lingkungan dan
proyek-proyek energi baru akan terus ditingkatkan.
Para analis mengatakan penurunan 10 persen dalam enam sektor kelebihan kapasitas akan menyebabkan sekitar 2 juta orang kehilangan pekerjaan langsung. Sementara itu hanya sekitar 3 persen sampai 4 persen dari total non-farm tenaga kerja, pekerjaan yang hilang kemungkinan akan terkonsentrasi di sejumlah kecil sektor dan daerah. Tentu saja harapan besar pasar adalah kembalinya ekonomi China pada jalurnya, hal ini akan menjadi salah satu angin segar bagi pertumbuhan ekonomi. (Sumber: Blomberg.com & sumber lainnya)
0 komentar:
Post a Comment