Konsumen terbesar produk
telur asin adalah masyarakat menengah ke bawah, karena telur asin dapat dijadikan
sumber protein hewani yang murah. Sebagian besar konsumen telur asin adalah
penduduk di kota-kota besar. Disamping untuk konsumen rumah tangga, konsumen
lainnya yang sangat potensial adalah restoran, rumah
makan, kapal-kapal laut, rumah sakit, asrama-asrama, perusahaan jasa boga dan
sebagainya. Perkembangan industri telur asin akan mendorong perkembangan peternakan itik akan
berdampak kepada peningkatan pendapatan para peternak itik yang umumnya
merupakan masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, industri telur asin dapat
dijadikan salah satu usaha yang dapat
diandalkan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat menengah dan bawah serta dapat mengurangi
ketergantungan terhadap sumber protein mahal seperti daging.
Pusat-pusat produksi telur
asin umumnya berlokasi sama dengan sentrasentra penghasil telur itik. Produsen
telur itik terbesar di Indonesiia adalah Provinsi Jawa Barat dengan jumlah
produksi 37.447 ton diikuti dengan Provinsi Sulawesi Selatan 22.153 ton dan
Provinsi Kalimantan Selatan 20.105 ton. Di Provinsi Jawa Barat, sentra-sentra
telur itik antara lain terdapat di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Ruangan proses produksi
industri telur asin tidak harus memenuhi suatu standar
tertentu, namun diperlukan beberapa ruangan dengan tingkat pencahayaan yang berbeda. Ruangan untuk melakukan
penyortiran dan pencucian telur harus ruangan
yang terang, sedangkan ruangan untuk
pengasinan
telur diharapkan cukup tertutup dan hangat. Peralatan yang banyak digunakan
dalam proses produksi telur asin adalah ember atau baskom untuk tempat pencampuran
adonan dengan telur serta tempat untuk mencuci telur. Adapun peralatan lainnya
berupa panci tempat perebusan telur dan kompor. Disamping itu dibutuhkan tempat
penyimpanan
telur untuk menyimpan telur asin pada proses pengasinan.
Proses
pembuatan telur asin ini sangat sederhana dan tidak memerlukan teknik yang
khusus, bisnis ini dapat dikatakan sebuah bisnis rumahan dalam artian tidak
membutuhkan permodalan yang cukup besar dalam pengadaan sarana dan
prasarananya. Barang-barang yang ada di dapur atau di rumah Anda dapat
dimanfaatkan sebagai peralatan produksi. Dengan membuat telur asin selain untuk
dikonsumsi sendiri juga dapat dijadikan sebagai pendapatan tambahan bagi rumah
tangga. Hanya saja mungkin untuk masyarakat di kota besa dalam penyedian bahan
baku utamanya yaitu telur itik agak sedikit kesulitan, tetapi di pasar
tradisional ada juga yang menjual telur itik tawar. Hanya saja Anda perlu jeli
dalam memilih bahan bakunya. Jika usaha pembuatan telur asin sudah berkembang
Anda dapat mencari sumber bahan bakunya langsung ke peternak di sekitar kota
Anda. Lakukan saja pembuatan telur asin dalam skala rumahan, jika ditekuni bisa
jadi yang tadinya sebagai penghasilan tambahan malah menjadi sumber penghasilan
utama penopang keluarga.
Proses produksi
telur asin:
Penseleksian telur itik
Penseleksian telur itik
dilakukan pada saat pembelian telur itik dimana telur dengan kualitas jelek
tidak akan diterima/dibeli. Sedangkan penyeleksian telur di lokasi pembuatan
telur asin dilakukan pada saat akan melakulan pencampuran dengan adonan.
Tingkat kegagalan proses ini sangat rendah, dimana dari 1000 butir telur hanya
terdapat 1 butir yang tidak layak untuk dijadikan telur asin (satu permil). Proses penseleksian telur
itik pada saat akan melakukan pencampuran dengan adonan terbagi menjadi dua macam
pengamatan, yaitu pengamatan kekuatan kulit telur (dites dengan membenturkan
dua butir telur satu sama lain) serta pengamatan keutuhan kulit telur (diamati
secara visual apabila terdapat keretakan) dapat dilakukan di bawah sinar lampu.
Proses
produksi
Telur asin
dapat dibuat melalui beberapa teknik penggaraman yang secara umum dibagi
menjadi tiga macam proses, yaitu :
1. Cara
penyuntikan, yaitu memasukkan larutan garam ke dalam telur
dengan teknik
penyuntikan,
2. Cara
perendaman, yaitu telur direndam dalam larutan garam atau
adonan lumpur
garam,
3. Cara
pemeraman, yaitu pembungkusan atau penyalutan telur yang
dilumuri
dengan adonan pengasin (garam dan tanah liat).
4. Dengan
media abu gosok (sisa pembakaran sekam) dari penggilingan padi yang dicampur
dengan garam sesuai ukuran.
Teknik
penyuntikan merupakan teknik yang paling mudah dan cepat untuk menghasilkan
telur asin, tetapi cara ini sangat beresiko dalam menghasilkan telur asin yang
baik dan mulus, karena adanya proses pelubangan kulit telur guna memasukkan
cairan garam. Jika pengusaha belum trampil dan belum menguasai cara ini, maka
teknik ini dianjurkan untuk tidak dilakukan.
Cara
pengasinan dengan perendaman dalam larutan garam atau adonan adalah proses
pembuatan telur asin yang paling sederhana. Pada proses ini dilakukan pembuatan
larutan garam dengan cara mencampur air dan garam dapur sampai jenuh, dimana
air tidak mampu lagi melarutkan garam atau pembuatan adonan tepung bata merah
dengan garam. Perendaman telur yang sudah dicuci kedalam larutan tersebut
selama 8 hari. Keunggulan
pembuatan
telur asin dengan cara ini adalah prosesnya lebih singkat, meski kualitas telur
asin yang dihasilkan kurang bagus dibandingkan proses pemeraman. Untuk
menghindari telur tidak mengapung jika menggunakan larutan jenuh garam maka
diberi pemberat pada permukaannya, sedangkan untuk adonan bata merah dan garam
tidak perlu diberi tutup pemberat.
Pencucian
Pencucian telur dilakukan
dengan tujuan menghilangkan sisa-sisa adonan pengasin yang masih melekat pada
telur. Pencucian ini dilakukan dengan cara menggosok kulit telur dengan sikat
yang telah dibasahi cairan sabun
Perebusan
Proses perebusan bertujuan
untuk mematangkan telur asin mentah. Proses ini dilakukan pada panci perebus
dengan ukuran yang bervariasi dengan kapasitas panci berkisar antara 500 - 1.000
butir untuk sekali rebus . Proses perebusan sendiri dilakukan selama kurang
lebih 3-5 jam. Setelah direbus telur asin dapat dikonsumsi hingga 21 hari.
Penirisan dan Pemberian Cap
Setelah dilakukan
perebusan, telur asin dikeluarkan dari panci perebus dan dilakukan proses
penirisan. Proses ini dilakukan di atas wadah dimana telur diangin-anginkan
hingga kering dan tidak terlalu panas. Proses selanjutnya adalah pemberian cap merek dagang dan kode produksi.
Penyimpanan
Pada tahapan akhir proses
produksi, telur asin yang telah diberi cap merek akan dikemas dalam berbagai
macam bentuk pengemas, seperti pengemas plastik kue agar terlihat manis dan
berkualitas. Atau Anda dapat mendisain sendiri tempat untuk telur asinnya agar
lebih menarik.
0 komentar:
Post a Comment