Coba
kita lempar sebutir kerikil ke dalam telaga yang tenang. Berpusat dari tempat
jatuhnya kerikil itu akan tercipta sebuah riak gelombang yang mengalun ke
penjuru telaga. Kini, bisakah Anda menghentikan laju riak gelombang itu? Mungkin kita
mencoba dengan memasukkan telapak tangan
ke dalam air. Atau. menghadangnya dengan ke dua belah kaki kita.
Namun yang terjadi adalah
semakin banyak kita melakukan sesuatu pada permukaan telaga, semakin banyak
riak gelombang baru bermunculan. Satu-satunya cara menghentikan laju riak
gelombang itu hanyalah dengan membiarkannya berhenti sendiri.
Demikian pula
dengan ketenangan dan pikiran. Semakin keras Anda melakukan sesuatu pada pikiran Anda. semakin sulit Anda mencapai ketenangan itu. Amati saja. Jangan tolak
atau menghentikan riak pikiran kita. Biarkan pikiran berangsur-angsur tenang.
Ketenangan diri dimulai dari ketenangan pikiran; sedangkan ketenangan pikiran
bermula dari ketenangan bernafas. Dalam nafas yang tenang temukan jiwa yang
tenang.
Kalau kita mencoba
untuk merenung sejenak dan melupakan semua kesibukan sehari-hari maka kita akan
menyadari bahwa manusia jaman sekarang ini paling lama umurnya 80 tahun. Itupun
sudah termasuk panjang umur. Tetapi kita sering lupa akan hal ini sehingga kita
mati-matian mengejar uang, harta, jabatan dan mengabaikan hati nurani kita.
Kita menginjak dan menghina orang yang tidak seberuntung kita dan kita menjilat
serta mencari muka terhadap orang kaya dan berpangkat.
Kita menilai orang
dari mobil, rumah, harta, atau jabatannya dan bukan pada pribadi seseorang. Ini
yang membuat kita menjadi orang yang egois, serakah, sombong, materialis dan
membutakan hati nurani kita sendiri. Masing-masing
orang bersaing untuk saling melebihi dan pamer kekayaan, pamer rumah, pamer
mobil, dan lain-lain. Padahal itu semua hanya membuat orang yang tidak
seberuntung kita menjadi panas hati dan iri hati. Untuk
itu kita harus sadar dan ingat bahwa hidup ini tidak semata-mata mengejar uang,
harta, jabatan, tapi yang utama hidup ini harus kita isi dengan
perbuatan-perbuatan yang berguna dan bermanfaat baik bagi diri kita sendiri
maupun bagi orang lain. Itu semua membuat kita merasa puas, bahagia, rendah
hati dan mempunyai empati terhadap orang
yang tidak seberuntung kita.
Demikian juga dengan
kesuksesan hidup dan kepuasan hidup, keduanya dapat diperoleh dengan
menciptakan sikap positif dalam benak kita. Sebagian dari kita telah berlaku
bodoh, kita terus saja bermimpi untuk mendapatkan sesuatu yang lain di kemudian
hari. Benar kata peribahasa “rumput tetangga selalu lebih hijau”. Temukan
sendiri cara yang dapat mengingatkan dan mengubah Anda.
Buatlah daftar kekayaan
dan pengetahuan Anda, jika Anda memiliki istri yang sehat, tulislah. Jika Anda
memiliki putra yang sehat, tulislah. Misalkan putra Anda tidak pandai, tulislah
pada lembar sebaliknya, dan buatlah suatu tindakan untuk meningkatkan kemampuan
belajarnya selama satu periode tertentu, Anda tidak dapat melakukannya dalam
sekejap.
Kebahagian bagaikan arus
kas positif, kebahagian tidak tergantung pada seberapa besar penghasilan Anda
melainkan seberapa besar jumlah tabungan yang Anda miliki. Ada dua cara untuk
meningkatkan arus kas dan kebahagian mengurangi keinginan atau meningkatkan
penghasilan. Keinginan Anda dapat dikurangi sekarang juga, sementara untuk
meningkatkan penghasilan dibutuhkan waktu. Berapa pun penghasilan Anda, mau
sejuta atau sepuluh juta prinsipnya tetaplah sama buang sifat “konsumtif” yang
berlebihan dan bagi yang memiliki kartu kredit, bijaklah dalam pemakaian jangan
sampai penghasilan Anda lebih besar pasak daripada tiang.
Intropeksi Ke dalam bukan Keluar
"Guru, saya pernah mendengar kisah seorang arif
yang pergi jauh dengan berjalan kaki. Cuma yang aneh, setiap ada jalan menurun,
sang arif konon agak murung. Tetapi kalau jalan sedang mendaki ia tersenyum. Hikmah
apakah yang bisa saya petik dari kisah ini?"
"Itu
perlambang manusia yang telah matang dalam meresapi asam garam kehidupan. Itu
perlu kita jadikan cermin. Ketika bernasih baik. sesekali perlu kita sadari
bahwa satu ketika kita akan mengalami nasib buruk yang tidak kita harapkan.
Dengan demikian kita tidak terlalu bergembira sampai lupa bersyukur kepada Sang
Maha Pencipta. Ketika nasib sedang buruk, kita memandang masa depan dengan
tersenyum dan optimis. Namun optimis saja tidak cukup, kita harus mengimbangi
optimisme itu dengan kerja keras."
"Apa alasan
saya untuk optimis, sedang saya sadar nasib saya sedang jatuh dan berada
dibawah."
"Alasannya
ialah iman, karena kita yakin akan pertolongan Sang Maha Pencipta."
"Hikmah
selanjutnya?"
"Orang yang
terkenal satu ketika harus siap untuk dilupakan, orang yang diatas harus siap
mental untuk turun kebawah. Orang kaya satu ketika harus siap untuk
miskin."
Be Your Self
Ketika dua cermin saling berhadapan, muncul pantulan
yang tak terhingga. Begitulah bila kita mau bercermin pada diri sendiri. Akan
kita temukan bayangan yang tak terhingga.Bayangan itu adalah kemampuan yang
luar biasa: ketakterbatasan yang memberi kekuatan untuk menembus batas
rintangan diri.Berkacalah pada diri sendiri, dan temukan kekuatan itu.
Singkirkan cermin
diri orang lain. Di sana hanya terlihat kekurangan dan kelemahan kita yang akan
memupuk ketidakpuasan saja. Dan ini akan menjerumuskan kita ke dalam jurang
kekecewaan. kita bukan orang lain. kita adalah
yang memiliki jalan keberhasilan sendiri. Mulailah hari ini dengan
menatap wajah kita. Carilah bayangan yang tak terhingga itu. Di sana ada
kekuatan yang akan membawa kita ke puncak keberhasilan.
Selalu Memupuk Harapan
Sepasang suami istri menggelar dagangannya di trotoar
jalan. Saat itu petang turun terburu-buru. Lampu jalan tak cukup terang
menerangi dagangan mereka. Di kanan kiri tumpukan puing-puing bongkaran pasar
mengepung. Di depan, berlalu-lalang kendaraan dan langkah-langkah cepat. Siapa
pula yang tertarik membeli? Namun, mereka berdua silih berganti menyapa dan
menawarkan dagangan. Kaos anak warna-warni, setangan sebungkus tiga, rok kecil,
dan entah apalagi.
"Wahai suami
istri pedagang, mengapa kalian yakin ada yang membeli dagangan itu. Bagaimana
kalian bisa menjajakan barang di keremangan dan keriuhan seperti ini?"
Tanya aku kepada mereka,
"Kami tak
kehilangan harapan." begitu jawabnya. "Itulah satu-satunya kekuatan
kami. Kami tak tahu apa dan bagaimana membesarkan usaha ini, namun kami tahu
harapan takkan pernah meninggalkan mereka yang menggenggamnya."
Berterima kasihlah
pada orang-orang kecil yang memberikan teladan dan menebarkan harapan perbaikan
hidup pada kita. Mereka tiang penyangga yang menahan langit dari keruntuhan.
Mereka peredup terik mentari kehidupan yang adakalanya terasa panas membakar.
Bersyukur
Setiap Saat
Kita tidak pernah melihat
bintang-bintang bergerak, walaupun mereka bergerak dengan kecepatan lebih dari
sejuta kilometer per hari. Kita tidak pernah melihat pohon tumbuh, atau
memperhatikan diri kita yang semakin tua setiap harinya. Kita bahkan tidak
melihat jarum jam bergerak. Kita cenderung berpikir secara statis lalu terkejut
oleh perubahan yang senantiasa terjadi di dalam dunia ini, dan seringnya
kejutan itu tidak mengenakkan dan terkadang bahkan mematikan.
Coba kita sisihkan waktu sejenak untuk bersyukur atas
hal-hal baik dalam hidup kita. Renungkan tentang apa yang telah kita
capai. orang-orang yang
memperhatikan kita. Pengalaman yang telah kita dapatkan, keahlian dan minat
yang kita miliki, apa yang kita percayai, dan hal-hal terindah dalam hidup
kita. Karena hidup dan kesempatan itu hanya datang sekali.
Label:
manajemen umum